top of page

Kebaikan-Kebaikan Kecil

  • Writer: Izzan Fathurrahman
    Izzan Fathurrahman
  • Jun 4, 2020
  • 2 min read

Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak, begitu kata pepatah. Saya mau mengutip, namun dengan sedikit modifikasi. Seribu penerimaan rasanya terlalu sedikit, satu pemberian rasanya terlalu banyak. Begitulah kita manusia, kadang terlalu rakus dan takut kehilangan.

Saya percaya sesuatu yang besar tidak selalu dimulai dari hal-hal besar, namun juga dari satu hal kecil. Sama seperti perasaan bahagia yang kita timbulkan pada diri seseorang, pun diri sendiri. Kadang hanya dimulai dari hal-hal kecil, termasuk kebaikan.


Alkisah beberapa hari belakangan saya selalu dihantui rasa suntuk pasca menunaikan kewajiban magang. Untunglah Hamburg ini kota yang cantik. Sebagai pelampiasan, saya suka sengaja berlama-lama pulang. Berjalan kecil di seputar Danau Alster dan di antara gemerlap lampu kota.

Melihat kawanan merpati bertengger manja di etalase danau, atau sesekali tepar pesona dengan terbang bergerombol. Sangat memukau, walau sederhana. Pun juga melihat kelap-kelip penerangan, sekawanan orang saling bercanda atau pasangan mesra bergandengan tangan. Hal-hal kecil yang tak mereka sadari, turut membangun sedikit rasa bahagia dalam diri saya melihat aura positif tersebut.

Demikian juga ketika melintasi pengamen tua dengan kepiawain bergitar atau gadis manis dengan biolanya, tak sungkan saya lemparkan 50 sen atau satu euro. Jumlah yang kadang bagi sebagian orang terlalu banyak untuk disisihkan bagi bakat-bakat jalanan. Tak ambil pusing, bagi saya kebaikan itu menular. Apa yang saya lemparkan, mungkin memberi perasaan gembira ke mereka. Perasaan gembira menuntun pada semangat lebih dalam bermusik, menghasilkan nada-nada yang semakin indah dan energetik. Yang berarti, semakin banyak orang-orang di pinggir jalan terhibur dan gembira. Kalau memang toh tak terjadi, tak apa, saya sendiri yang sudah gembira karena berbagi.


Begitulah, kebaikan-kebaikan kecil terkadang lebih berarti bagi saya. Karena dari jumlah yang kecil, terkadang dapat terlihat nilai ketulusan dan cinta yang besar.


Membelikan pisang atau kue pada gelandangan depan supermarket, menunjukkan rasa cinta pada sesama meski di satu sisi ia juga belum tentu butuh. Namun ada pertalian kasih dan tukar senyuman di situ. Dua insan dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda.

Memberikan uang receh ke kawan yang hendak ke toilet, hadiah-hadiah kecil di hari spesial, atau menyuguhkan tamu kopi buatan sendiri.


Saya suka melakukan itu, kadang membelikan makanan bagi mereka yang mungkin lebih mampu. Sekali waktu membayarkan tiket wahana bermain kawan-kawan saya atau mensubsidi biaya penginapan mereka ketika datang berkunjung.

Tak ada beban, semua saya lakukan dengan perasaan senang. Karena saya tahu, kebaikan-kebaikan kecil itu tak ada apa-apanya dibanding rasa cinta dan ketulusan dalam hubungan emosional saya dan kawan-kawan saya. Pun termasuk pada orang lain.


Ps: kini saya paham mengapa ibu saya rela terjaga pagi-pagi buta. Saban jumat, mengaduk dandang berisi bubur, mengundang puluhan anak kampung makan di rumah. Hal sepele bagi kami, namun bisa jadi berarti besar bagi mereka yang kadang tak tahu apa itu arti sarapan.




Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page