top of page

Memprediksi Masa Depan Pembangunan Kabupaten Dompu di Bawah Kepemimpinan Jokowi-JK

  • Writer: Izzan Fathurrahman
    Izzan Fathurrahman
  • Jun 3, 2020
  • 6 min read

Ini adalah tulisan keempat saya di kolom opini harian umum terbesar se-Nusa Tenggara Barat. Judul asli seperti yang tertera di blog ini, namun oleh editor Lombok Post diedit menjadi "Masa Depan Dompu di Kepemimpinan Jokowi-JK", dimuat pada hari Sabtu, 02 Agustus 2014. Secara umum, tulisan ini menjelaskan tentang analisis singkat mengenai masa depan pembangunan Kabupaten Dompu di bawah kepemimpinan Presiden-Wakil Presiden yang baru, Jokowi-JK, sebab seperti yang diketahui, Provinsi NTB, khususnya Kabupten Dompu merupakan lumbung suara pasangan calon Prabowo-Hatta. ** Suasana ramadhan tahun ini terasa ada yang berbeda. Ketika penulis ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa di jalanan Kota Dompu, tampak jalanan Kota Dompu yang sempit semakin sesak oleh banyaknya kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Tidak hanya roda dua, namun juga roda empat. Pemandangan ini tentu saja kontras dengan pemandangan Kota Dompu beberapa tahun silam ketika jalanan Kota Dompu belum seramai sekarang. Hal ini memancing pertanyaan. Di balik semakin banyaknya kendaraan bermotor, tentu ada daya beli masyarakat yang semakin tinggi. Di balik daya beli masyarakat yang tinggi, tentu ada pertumbuhan kelas menengah yang baru. Dan di balik pertumbuhan kelas menengah yang baru, tentu ada satu lapangan pekerjaan baru yang menunjang perekonomian masyarakat. Apakah gerangan?  Geliat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu mulai terlihat setahun belakangan. Salah satu pemikir ekonomi politik terkenal, David Ricardo, menjelaskan bahwa untuk dapat bersaing suatu negara atau daerah harus dapat menggunakan keunggulan komparatifnya untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. Dan agaknya, inilah yang berhasil dilaksanan oleh pemerintah Kabupaten Dompu. Bupati Dompu agaknya boleh berbangga dengan hasil kerjanya. Program unggulan yang ia tawarkan, PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput laut), kini mulai menampakkan hasil. Dan dari ketiga komoditas yang dikembangkan tersebut, agaknya jagung merupakan komoditas unggulan yang paling menampakkan hasilnya saat ini. Ketika penulis mengikuti safari ramadhan rombongan Bupati dan Setda Kabupaten Dompu di Kecamatan Kilo beberapa waktu lalu, tampak ada pemandangan indah sepanjang jalan. Berpuluh-puluh hektar ladang jagung berwarna hijau dengan hiasan rambut kekuning-kuningan tampak di kanan-kiri jalan. Pemandangan ini cukup membanggakan, mengingat di balik rimbunan berhektar-hektar tanaman jagung tersebut berarti ada ratusan kepala yang dapat diberi makan dan puluhan keluarga yang dapat melanjutkan hidup.

Jika kita melihat dalam angka, ekonomi Kabupaten Dompu mengalami pertumbuhan yang pesat dalam lima tahun belakangan. Data dari majalah Trias Politika (Edisi 01 April – 15 April 2014) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu rata-rata delapan persen. Pendapatan per kapita Rp. 10.120.000 tahun 2011, meningkat dari tahun 2010 yang hanya Rp. 8.680.0000. Daya beli masyarakat pada tahun 2012 berada di urutan ke-dua di NTB, meningkat dari tahun 2010 yang hanya menempati urutan ke-empat. PDRB pada tahun 2010 sebesar  Rp. 1.984.267.000 naik menjadi Rp. 2.335.464.000 pada tahun 2011. Pertumbuhan PDRB tahun 2010 sebesar 4,57 persen naik menjadi 7,98 persen pada tahun 2011. Akibat pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan tersebut, angka kemiskinan di Kabupaten dalam kurun waktu belakangan cenderung menurun. Pada tahun 2010, angka kemiskinan sebesar 19,90 persen turun menjadi 18,17 persen pada tahun 2011. Demikian juga dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Dompu yang pada tahun 2010 hanya menempati urutan ke-delapan di NTB, meningkat menjadi urutan ke-empat pada tahun 2012. Dari serangkaian pembangunan ekonomi tersebut, seperti yang saya katakan di atas, agaknya jagung yang paling menujukkan hasil signifikan. Sejauh pengamatan saya, berladang jagung seperti menjadi mata pencaharian baru masyarakat Kabupaten Dompu. Tidak hanya para petani saja, namun juga merambah ke kalangan masyarakat umum bahkan para birokrat yang banyak mengambil pekerjaan sampingan sebagai petani jagung. Berubahnya pola pikir masyarakat ini tidak terlepas dari kontribusi besar tanaman jagung dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu. Uang dari hasil budidaya jagung yang beredar di Kabupaten Dompu ditaksir sekitar lima ratus sampai enam ratus milyar rupiah per tahun. Apalagi, program unggulan PIJAR, utamanya jagung, mendapat respon yang cukup positif dari pemerintah provinsi maupun pusat. Beberapa waktu lalu Menteri Pertaniain RI turun langsung meninjau panen raya jagung di Kabupaten Dompu. Demikian juga dengan pemerintah Provinsi. Pada tahun 2013/2014 pemerintah NTB menargetkan luas lahan jagung sebesar 122.000 hektar dengan hasil produksi sebesar 767.136 ton dimana Kabupaten Dompu mendapat bagian 31.555 hektar dengan hasil produksi sebesar 199.751 ton. Lebih lanjut lagi, pemerintah Kabupaten Dompu sendiri kini mulai berupaya mengembangkan industri pasca panen dimana limbah jagung yang ada bisa diolah menjadi sumber bahan bakar alternatif sehingga setiap bagian dari tanaman jagung tersebut bisa dimanfaatkan hasilnya. Dari uraian panjang lebar di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu didominasi oleh sektor pertanian dan mulai melirik pada industrialisasi pasca panen. Namun di tengah mulai memanasnya roda perekonomian Kabupaten Dompu dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang signifikan, ada kekhawatiran baru yang muncul baik dari kalangan birokrat maupun masyarakat umum. Hal ini adalah hasil pemilu Presiden Republik Indonesia yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-JK. Seperti yang diketahui, hasil rekapitulasi KPU pada Pemilu Presiden 2014 kemarin menunjukkan bahwa Provinsi NTB memenangkan pasangan Prabowo-Hatta dengan perolehan suara sekitar 72,45 persen. Hasil tersebut berbanding lurus di Kabupaten Dompu, dimana pasangan Prabowo-Hatta unggul jauh dengan total 85,645 persen suara. Kemenangan mutlak pasangan Prabowo-Hatta di NTB, khususnya Kabupaten Dompu, tentu membawa segelintir pertanyaan pada beberapa orang. Akankah pemerintah pusat menjadi abai terhadap NTB, khususnya Kabupaten Dompu dengan hasil pemilu yang demikian? Akankah pertumbuhan ekonomi yang demikian pesat saat ini akan terganggu atau bahkan terhambat dengan adanya hasil Pemilu Presiden yang demikian? Menanggapi pertanyaan di atas, maka ada beberapa hal yang bisa kita lihat dalam memprediksi masa depan pembagunan Kabupaten Dompu di bawah kepemimpinan Jokowi-JK. Pertama, faktor komposisi partai di pemerintahan, baik pusat dan daerah. Jika dilihat, partai pengusung Bupati Kabupaten Dompu saat ini umumnya berdiri di pihak oposisi partai pengusung Jokowi-JK di pemerintah pusat. Namun faktor ini, menurut saya tidak akan berpengaruh signifikan, mengapa? Andres Ufen, salah satu ilmuwan politik menjelaskan bahwa pasca reformasi, salah satu kendala partai politik di Indonesia adalah mereka gagal melakukan institusionalisasi dengan baik. Ufen tampaknya benar, dan ini bisa dilihat masih samarnya ideologi antar satu partai dengan partai lain di Indonesia, yang mengakibatkan pola koalisi cenderung fleksibel dan longgar. Dapat kita lihat bahwa koalisi yang terjadi di pusat tidak akan terlalu berpengaruh kepada koalisi di tingkat daerah. Partai politik yang beroposisi di pemerintahan nasional dapat saja berkoalisi di pemerintahan tingkat daerah. Inilah alasan saya mengatakan faktor ini tidak akan terlalu berpengaruh. Hal ini ditambah dengan kenyataan selama ini pola relasi antara pusat dan daerah lebih cenderung sebagai hubungan antar pemerintah daerah tingkatan atau dalam suatu struktur birokrasi, bukan hubungan berdasarkan kepartaian. Kedua, kesamaan visi dan program pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah. Faktor kedua ini menurut saya yang paling penting. Dari paparan data di atas, dapat kita lihat bahwa visi pembangunan Kabupaten Dompu adalah memaksimalkan sektor agraris dengan mulai melirik pada industrialiasi sektor tersebut. Ini bisa dilihat dari tiga program unggulan, PIJAR, dengan komoditas jagung yang mulai menampakkan hasil signifikan. Hal ini segaris dengan salah satu visi pemerintahan Jokowi-JK yang menitikberatkan pada pengembangan sektor pertanian. Bahkan dalam debat calon presiden dan wakil presiden terakhir yang mengambil tema tentang pangan, energi, dan lingkungan, Jokowi dengan tegas mengatakan akan meningkatkan industrialisasi pasca panen. Dalam sembilan program unggulan Jokowi-JK pun, salah satu program mereka, yaitu program nomor empat, sektor yang diberi perhatian tambahan adalah sektor pertanian. Melihat kesamaan visi dan program pembangunan antara pemerintah pusat dan Kabupaten Dompu di atas, saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan dipimpinnya daerah lumbung suara Prabowo-Hatta oleh Jokowi-JK. Hal ini ditambah pula dengan pernyataan Jokowi yang ingin meningkatkan keseriusan dalam mengelola dua sektor ekonomi di negeri ini, yaitu ESDM dan pertanian. Ia mengatakan tidak akan memberi pos menteri ESDM dan pertanian untuk orang-orang partai politik, melainkan para profesional yang kompeten di masing-masing bidang. Jika memang pada akhirnya Jokowi menepati kata-katanya, maka tentu ini akan jadi berita bagus bagi Kabupaten Dompu dan daerah-daerah penghasil produk pertanian lainnya. Lebih jauh lagi, masyarakat maupun jajaran pemerintah Kabupaten Dompu pun, dapat berpartisipasi dengan mengusulkan nama-nama calon menteri yang sekiranya dianggap bersentuhan langsung dengan permasalahan daerah ini, seperti menteri pertanian, menteri PDT, atau menteri-menteri lain. Pemerintahan Jokowi-JK seperti yang dilansir baru-baru ini menerima usulan calon nama menteri dari masyarakat yang didata secara ­online oleh  Jokowi Center (jokowicenter.com) dan nantinya akan jadi masukan bagi Jokowi-JK dalam membentuk kabinet. Walaupun memilih menteri adalah hak prerogatif presiden, namun hal ini saya rasa cukup penting, sebab kita sebagai warga suatu daerah dapat menentukan orang-orang sekiranya mampu memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerah kita. Kabupaten Dompu sendiri memiliki banyak potensi sumber pendapatan lain yang bisa dikembangkan seperti pariwisata, peternakan, dan kelautan. Sebagai penutup, kembali lagi, tulisan ini hanyalah sekedar prediksi belaka, realisasinya nanti tentu sangat dipengaruhi oleh keterbukaan dari pemerintah pusat dan daerah. Apakah pemerintah pusat, dalam hal ini Jokowi-JK benar-benar merealisasikan ucapan-ucapannya selama masa kampanye? Apakah pemerintah Kabupaten Dompu tidak akan memberi sentimen negatif dan menutup diri dengan pemerintah pusat yang baru serta mengedepankan pembangunan ekonomi masyarakat? Semua pertanyaan tersebut kembali lagi berujung pada political will masing-masing pemerintahan, baik pusat dan daerah, dalam menjalin kerja sama dan proses pembangunan yang berkelanjutan. Jika prediksi ini benar, maka selamat, warga Kabupaten Dompu, mungkin setiap tahun ladang jagung kita akan terus berbuah rupiah dan kita dapat terus bermimpi memiliki sumber energi alternatif dari limbah tanaman jagung. Izzan Fathurrahman Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia



Comentarios


Post: Blog2_Post
bottom of page