top of page

Industrilisasi: Strategi Alternatif Kabupaten Dompu

  • Writer: Izzan Fathurrahman
    Izzan Fathurrahman
  • Jun 3, 2020
  • 6 min read

Ini adalah tulisan kedua saya yang dimuat di kolom Opini harian Lombok Post. Tulisan ini dimuat pada harian Lombok Post, Minggu, 5 Januari 2014, membahas mengenai industrilisasi dan masa depan Kabupaten Dompu.

**

Selasa, 31 Desember, di penghujung tahun 2013, penulis tiba di Bandara Udara Sultan Salahuddin Bima. Tujuan penulis yaitu tanah kelahiran, Kabupaten Dompu, NTB. Namun sebelum mobil mengarah ke Kabupaten Dompu, penulis bersama sang supir menyempatkan diri mengunjungi Kota Bima. Ketika asyik menyusuri jalan-jalan di Kota Bima, tiba-tiba sang supir bercelutuk, “jika dibandingkan dengan Bima, Dompu ini tidak ada apa-apanya. Bima semakin berkembang, sementara Dompu tidak ada kemajuan”. Deg! Hati penulis tersentak. Apa yang dikatakan oleh supir tersebut tak bisa disalahkan, sebab dalam pandangan penulis sendiri apa yang ia celetukkan memang benar. Sungguh miris melihat perkembangan tanah kelahiran di tengah arus modernisasi global yang pesat Kabupaten Dompu sejak penulis lahir sampai menjadi mahasiswa jika dilihat secara kasat mata memang tidak perubahan. Masyarakatnya masih merupakan masyarakat tradisional dengan sektor ekonomi yang bertumpu pada sektor agraris. Karakterisitik masyarakat Dompu juga sangat gampang dikenali. Mungkin hampir sebagian berprofesi sebagai petani dan nelayan, sisanya adalah pegawai negeri, pedagang kecil-kecilan, dan pekerja serabutan lainnya. Jika anda tinggal di Dompu, maka abdi negara atau PNS merupakan pekerjaan nomor satu yang selalu diincar orang dari tahun ke tahun. Para sarjana yang kembali ke daerah biasanya akan galau hendak jadi apa di Dompu. Mengapa? Sebab minim lapangan perkejaan di sini. Minim investasi, tidak ada industri, ujung-ujungnya, menjadi PNS merupakan pilihan utama. Jika tes CPNS belum dibuka, maka menjadi honorer saja dulu tak mengapa, asalkan pundi-pundi rupiah bisa mengalir ke kantong safari. Jika melihat potensi yang dimiliki oleh daerah ini, agaknya sangat miris jika melihat perkembangan ekonomi Kabupaten Dompu yang cenderung stagnan dan terlalu bertumpu pada sektor agraris non industri. Siapa yang tidak kenal Gunung Tambora? Gunung gagah perkasa yang letusannya menenggelamkan tiga kerajaan besar dan menjadi penyebab kekalahan pasukan Napoleon Bonaparte. Siapa yang tidak kenal Pantai Lakey? Pantai yang dijuluki “ombak kidal” yang memancing surfer-surfer dari seluruh dunia untuk menaklukinya. Atau siapa yang tidak kenal susu kuda liar khas Dompu? Siapa yang tidak tahu kualitas sapi yang ada di Dompu? Siapa yang tidak kenal Pulau Satonda? Semua itu adalah potensi besar yang seandainya bisa dikembangkan tentu akan menjadi sumber pendapatan luar biasa bagi daerah ini. Apa yang disebutkan di atas merupakan sebagian kecil dari potensi alam dan kekayaan agraris yang dimiliki dan dihasilkan oleh Kabupeten Dompu. Sawah-sawah di Kabupaten Dompu masih produktif menghasilkan berton-ton beras tiap tahunnya. Ladang-ladang jagung mulai banyak bertebaran. Demikian juga sektor peternakan, ada ribuan sapi dan hewan-hewan ternak lain yang siap untuk diolah di Kabupaten Dompu. Jika anda melirik sektor perikanan, kekayaan maritim Kabupaten Dompu sangat besar, mulai dari rumput laut sampai beraneka macam ikan, udang, dan kepiting. Hanya saja, dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya tersebut, masyarakat masih bersifat tradisional dan cenderung menghasilkan bahan mentah. Dari sinilah penulis mencoba  melihat, jika kekayaan alam yang masih mentah tersebut diolah melalui suatu industrilisasi yang baku, maka bukan tidak mungkin Kabupaten Dompu mempunyai beraneka macam produk olahan yang bisa diekspor ke mancanegara. Industrilisasi sendiri menurut Michael P. Todaro adalah suatu proses membangun dari suatu negara atau daerah untuk mengolah bahan-bahan baku dan untuk memproduksi barang-barang konsumsi atau barang-barang yang akan diolah lebih lanjut. Industriliasi dilakukan dengan mendirikan perusahaan-perusahaan dan membangun pabrik dan peralatan, termasuk modal manusia atau human captal untuk memproses produk-produk pertanian dan membuat bahan-bahan baku atau membangun pabrik-pabrik seperti pabrik makanan kaleng, pertanian, dll. Industrilisasi ini sendiri merupakan bagian dari modernisasi, dan dalam modernisasi menurut Harold Domar, hal yang paling dbutuhkan adalah adanya investasi. David Ricardo menjelaskan bahwa untuk dapat bersaing suatu negara atau daerah harus dapat menggunakan keunggulan komparatifnya untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. Dari pandangan para ahli tersebut, saya akan mencoba menganalisis potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Dompu. Kabupaten Dompu memiliki banyak sumber daya mentah yang dihasilkan setiap tahun. Inilah merupakan keunggulan komparatif Kabupaten Dompu sebagai daerah penghasil sumber daya agraris dan maritim. Dari sini industri harus masuk, sebab jika hasil kekayaan agraris dan maritim tersebut tidak diolah dan hanya dijual secara mentah, maka nilai jualnya akan cenderung rendah dan Kabupaten Dompu hanya akan stagnan seperti sekarang. Kita mungkin bisa belajar dari Taiwan, dimana Taiwan pada dekade 1950 sampai 1960-an berhasil menggunakan keunggulan komparatifnya di bidang agrikultur untuk diolah melalui proses industri yang akhirnya membawa kemajuan pesat bagi pendapatan negara ini. Industrilisasi di sini hadir untuk mengolah bahan-bahan mentah tersebut menjadi bahan-bahan produk pangan seperti susu, mentega, atau daging olahan dari produk peternakan; ikan kalengan, rumput laut kemasan, atau dodol dari produk hasil laut; dan beraneka macam panganan kemasan dari jagung dan sektor pertanian lainnya. Industrilisasi yang ada tidak hanya bertumpu pada sektor pangan, namun mungkin saja bisa dikembangkan ke industri-industri padat karya lainnya mengingat hasil alam Kabupaten Dompu cukup besar. Selain itu, industri jasa yang padat modal juga bisa dikembangkan mengingat sektor pariwisata di Kabupaten Dompu cukup tinggi. Selama ini yang baru dikenal oleh para wisatawan mungkin hanya Pantai Lakey, namun saya melihat ada potensi besar lain di wilayah barat Kabupaten ini. Beberapa bulan lalu ketika saya mengunjungi Kecamatan Pekat, saya melihat hamparan padang rumput hijau yang luar biasa indah berbatasan langusng dengan pantai dan laut. Mengapa sektor ini tidak dikembangkan? Dalam benak saya, sektor ini bisa menjadi nilai jual yang tinggi. Saya membayangkan di padang rumput ini dibangun satu peternakan sapi terpadu yang dikelola oleh pemerintah daerah. Nantinya pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan para investor untuk membangun pabrik pengolahan daging, susu, mentega, atau  bahkan keju di samping peternakan tersebut. Di seputaran pantai dan peternakan, bisa dibangun resort atau hotel-hotel kecil bagi para wisatawan. Apa yang ditawarkan beragam, mulai dari wisata ke peternakan (melihat proses pengolahan daging, susu, mentega, atau keju), sampai wisata alam yaitu pantai yang indah di pinggir padang rumput yang hijau. Jika dilihat lagi, Kecamatan Pekat cukup dekat dengan Gunung Tambora. Mengapa Gunung Tambora tidak disulap jadi satu situs pendakian layaknya Bromo atau Semeru? Nantinya hal ini diintegrasikan dengan kawasan wisata di Kecamatan Pekat seperti yang dijelaskan di atas. Jika anda seorang wisatawan, silahkan anda bayangkan, pasti rasanya sangat asyik sehabis mendaki Gunung Tambora, anda melepas lelah di resort pinggir pantai atau peternakan sambil menikmati aneka pangan olahan dari peternakan sapi di samping anda. Hal-hal di atas merupakan suatu hal yang menjanjikan jika industrilisasi mulai digalakkan dan direncanakan secara visoner oleh pemerintah Kabupaten Dompu. Industrilisasi merupakan strategi alternatif, sebab pada dasarnya industrilisasi bertujuan untuk meningkatkan produksi massa dan pendapatan massal. Jika pemerintah daerah ingin mencari sumber daya manusia, rasanya hal itu bukan suatu hal yang sulit. Dalam menjalankan industri-industri tersebut, pemerintah daerah bisa memberdayakan para sarjana teknik, peternakan, perikanan, atau pertanian dari Kabupaten Dompu. Setiap tahunnya ada ratusan calon sarjana dari Kabupaten Dompu yang menuntut ilmu ke perguruan tinggi di seantero Pulau Jawa. Dari pada mereka galau kembali ke daerah hendak jadi apa dan ujung-ujungnya jadi PNS, mengapa tidak diberdayakan untuk bekerja di sektor industri? Demikian juga dengan sarjana ekonomi dan calon pengusaha, panggil mereka ke daerah, berdayakan untuk mempromosikan dan memperkuat produk ekonomi lokal. Apa yang saya jelaskan di atas mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah terkait, sebab pada dasarnya Kabupaten Dompu memiliki sumber daya yang besar untuk diolah di sektor industri guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun kembali lagi, seperti yang dijelaskan oleh Harold Domar, investasi merupakan hal yang paling penting dalam menuju proses industrilisasi. Di sinilah peran pemerintah daerah dalam melakukan lobby politik dengan para investor. Hal yang paling penting adalah bagaimana menjamin iklim investasi tersebut nyaman dan menjanjikan bagi para pengusaha dan pemilik modal. Jika melihat potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Dompu, maka rasanya tak susah memancing investor untuk masuk kemari. Hanya saja, masalah utama yang sering mengganjal adalah seringnya konflik lokal di Kabupaten ini. Pemerintah mungkin harus mulai menerapkan strategi komunikasi politik dan sosialisasi politik yang terpadu sesuai dengan karakteristik masyarakat dalam menjelaskan hal ini. Penerapan demokrasi deliberatif yang menitikberatkan pada musyawarah dan mufakat merupakan hal yang mungkin bisa dilakukan. Sebab pada dasarnya, Kabupaten Dompu bukanlah Uni Soviet di zaman Lenin yang bisa seenaknya menentukan industrilisasi. Industrilisasi yang ada juga harus mendapat dukungan dari masyarakat. Jika mengacu pada pandangan David McClelland, maka industrilisasi tersebut bisa terjadi apabila ada keinginan berprestasi dan mendapatkan hasil yang lebih pada masyarakatnya. Dalam hal ini, kesadaran dari masyarakat Dompu akan pentingnya industrilisasi adalah hal yang harus ditanamkan. Demokrasi delibaratif dengan duduk dan makan bersama mungkin bisa jadi alternatif dalam memecahkan masalah-masalah krusial mengenai proses industrilisasi seperti pembebasan lahan, dll. Jika penduduk telah diberi pemahaman dan pengertian, pemerintah mulai merencanakan industrilisasi yang visioner, investor mulai digaet, serta sumber daya manusia mulai diberdayakan, mungkin anda akan berdiri bersama saya di sisi penduduk Kabupaten Dompu yang optimis akan masa depan daerahnya dan tidak ada lagi celetukan dari supir-supir lain bahwa Bima jauh lebih berkembang dari Dompu sementara Dompu tidak ada kemajuan. Izzan Fathurrahman Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia



Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page